ABORTUS
Abortus atau keguguran adalah
terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu
atau berat janin belum mencapai 500 gram.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya
perdarahan pada wanita yang sedang hamil (Rukiah, 2010)
Keguguran
atau abortus adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karna sebagian besar tidak
dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan (Manuaba, 2010).
Etiologi
Menurut Sastrawinata, 2005 Penyebab
abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh
kematian janin.
Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a. Fakor janin,
kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus
adalah ganguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta. Kelaianan tersebut biasanya menyebabkan abortus
pada trimester pertama, yakni:
1.
Kelainan
telur, telur kosong ( blighted
ovum), kerusakan embrio, atau kelaianan kromosom (monosomi, tisomi,
poliploidi)
2.
Embrio
dengan kelainan lokal
3.
Kelainan
pada plasenta, endarteritis dapat terjadi dalam vili
koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. (Sarwono, 2007)
b.
Penyakit
ibu,
Peyakit ibu yang menyebabkan terjadinya
abortus mendadak, seperti: pneumonia, tifus abdominalis, malaria, pielonefritis
dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematiann janin, dan
kemudian terjadilah abortus Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis
umum, dan penyakit menahun dapat menyebabkan terjadinya abortus. (Sarwono,
2007)
c.
Faktor
Infeksi, infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh
TORC (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intra uterin
sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang. (Rukiyah, 2010)
d.
Malnutrisi,
umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi
abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa
defisiensi salah satu/semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab
abortus yang penting.(Rukiah, 2010)
e.
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
muda. Faktor-(Kenneth J.dkk, 2009)
Patogenesis
Pada awal abortus, terjadi
perdarahan desi dua basialis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hamil konsepsi
(janin) terlepas dan diangap benda asing
dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8-
14 minggu, villi korealis menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak
dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketuban pecah, janin yang telah mati akan di
keluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong (bligted ovum /benda kecil yang
tak jelas bentuknya) dan kemudian
plasenta (Maryunani Anik, 2009).
Klasifikasi
Abortus
Berdasarkan jenis tindakan, Abortus
dapat dibedakan menjadi 2 golongan
yaitu:
a.
Abortus
Spontan
Adalah Penghentian kehamilan
sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu) . (Prawirohardjo,
2002)
b.
Abortus
Buatan
Abortus yang sengaja atau
digugurkan baik dengan obat-obatan maupun alat-alat. Abortus dibagi menjadi 2
yaitu:
1.
Abortus provokatus medialis
Merupakan
terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup. indikasinya
disebabkan oleh penyakit jantung dan penyakit hipertensi tahap lanjut.
2. Abortus
provokatus kriminalis
adalah interupsi kehamilan sebelum
janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan tetapi bukan karna
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
Macam
–Macam abortus
Macam –macam abortus yaitu :
a.
Abortus Iminem
Yaitu Peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007).
b. Abortus
Insipien
Keguguran yang membakat ini tidak
dapat dihentikan karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan
pengeluaran hasil konsepsi (Manuaba, 2010).
c.
Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Rukiah,
2010).
d.
Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan (Manuaba, 2010)
e.
Abortus tertunda (missed abortion)
Abortus tertunda adalah kematian
janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama
8 minggu atau lebih (Sarwono, 2007).
f.
Abortus infeksius
Adanya abortus yang disertai infeksi
genital dan abortus septik keadaan yang lebih parah.
g.
Abortus Habitualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi sekurang- kurangnya 3 kali berturut-turut (Sulaiman,
2005).
h.
Unsafe Abortion
adalah upaya untuk terminasi
kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
kehamilan dan prosedur standar yang aman sehingga membahayakan keselamatan jiwa
pasien ( Rukiyah, 2010).
Diagnosis
Abortus harus diduga bila seseorang
wanita dalam masa reproduksi mengeluh perdarahan dan tindakan klinik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain :
1.
Terlambat haid atau amenore kurang dari
20 minggu
2.
Pemeriksaan fisik yang terdiri dari
keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi
normal atau cepat atau kecil, dan suhu badan normal atau meningkat (jika
keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi)
3.
Adanya perdarahan pervaginam yang dapat
disertai keluarnya jaringan janin, mual dan nyeri pingang akibat kontraksi
uterus (rasa sakit atau keram perut diatas daerah sinopsis)
4.
Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi
vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan
tercium / tidak bau busuk dari vulva inspekulo.
5.
Perdarahan dari kavum uteri, ostium
uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan
ada/tidak cairan atau jaringan busuk dari ostium.
6.
Pada periksa dalam, dengan melihat
porsio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
portio digoyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri. (Anik Maryunani, 2009)
Penatalaksanaan
Menurut Maryuani anik, 2009
penatalaksaaan abortus sesuai jenis-jenisnya
yaitu :
Abortus Iminen :
Penatalaksanaan
:
1.
Tirah baring
2.
Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi,
pernafasan)
3.
Kolaborasi dalam pemberian sedativa
(untuk mengurangi rasa sakit dan cemas), preparat hematimik (tablet Fe)
4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin
C
penatalaksanaan abortus yang tidak dapat di pertahankan :
Penatalaksanaan
:
1.
Kolaborasi dengan dokter kebidanan
sehingga pasien mendapat penanganan yang cepat dan tepat Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, bahaya pada perporasi.
2.
Pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya
proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oxitosin, biasanya
penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang
disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai
kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
3. Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar