Selasa, 31 Januari 2017


ABORTUS 
     
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup    yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil (Rukiah, 2010)  
Keguguran atau abortus adalah dikeluarkanya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Kejadian abortus sulit diketahui, karna sebagian besar tidak dilaporkan dan banyak dilakukan atas permintaan (Manuaba, 2010).
  Etiologi
Menurut Sastrawinata, 2005 Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a.       Fakor janin, kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus
adalah ganguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelaianan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1.         Kelainan telur, telur kosong ( blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelaianan kromosom (monosomi, tisomi, poliploidi)
2.         Embrio dengan kelainan lokal
3.         Kelainan pada plasenta, endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. (Sarwono, 2007)
b.        Penyakit ibu, Peyakit ibu  yang menyebabkan terjadinya abortus mendadak, seperti: pneumonia, tifus abdominalis, malaria, pielonefritis dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematiann janin, dan kemudian terjadilah abortus Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun dapat menyebabkan terjadinya abortus. (Sarwono, 2007)
c.         Faktor Infeksi, infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intra uterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang. (Rukiyah,  2010)
d.        Malnutrisi, umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisiensi salah satu/semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.(Rukiah, 2010)
e.         Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-(Kenneth J.dkk, 2009)
 Patogenesis
Pada awal abortus, terjadi perdarahan desi dua basialis, diikuti nekrosis jaringan  sekitar yang menyebabkan hamil konsepsi (janin) terlepas dan diangap benda  asing dalam uterus, kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda  asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8- 14 minggu, villi korealis menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna   sehingga banyak perdarahan pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketuban  pecah, janin yang telah mati akan di keluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong (bligted ovum /benda kecil yang tak jelas bentuknya) dan kemudian  plasenta (Maryunani Anik, 2009).

 Klasifikasi Abortus
Berdasarkan jenis tindakan, Abortus dapat dibedakan  menjadi 2 golongan yaitu:

a.        Abortus Spontan
Adalah Penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu) . (Prawirohardjo, 2002)
b.        Abortus Buatan
Abortus yang sengaja atau digugurkan baik dengan obat-obatan maupun alat-alat. Abortus dibagi menjadi 2 yaitu:
1.    Abortus provokatus medialis
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup. indikasinya disebabkan oleh penyakit jantung dan penyakit hipertensi tahap lanjut.
2.    Abortus provokatus kriminalis
adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan tetapi bukan karna alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
    Macam –Macam abortus
Macam –macam abortus  yaitu :
a.         Abortus Iminem
Yaitu Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007).
b.      Abortus Insipien
Keguguran yang membakat ini tidak dapat dihentikan karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi (Manuaba, 2010).
c.         Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Rukiah, 2010).
d.        Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan (Manuaba, 2010)
e.         Abortus tertunda (missed abortion)
Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Sarwono, 2007).
f.         Abortus infeksius
Adanya abortus yang disertai infeksi genital dan abortus septik keadaan yang lebih parah.
g.        Abortus Habitualis (keguguran berulang)
Abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang- kurangnya 3 kali berturut-turut (Sulaiman, 2005).
h.        Unsafe Abortion
adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedur standar yang aman sehingga membahayakan keselamatan jiwa pasien ( Rukiyah, 2010).
        Diagnosis
Abortus harus diduga bila seseorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh perdarahan dan tindakan klinik yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya abortus antara lain :
1.        Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2.        Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lemah, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat atau kecil, dan suhu badan normal atau meningkat (jika keadaan umum buruk, lakukan resusitasi dan stabilisasi)
3.        Adanya perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan janin, mual dan nyeri pingang akibat kontraksi uterus (rasa sakit atau keram perut diatas daerah sinopsis)
4.        Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan janin, dan tercium / tidak bau busuk dari vulva inspekulo.
5.        Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, dan ada/tidak cairan atau jaringan busuk dari ostium.

6.        Pada periksa dalam, dengan melihat porsio masih terbuka atau sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri pada saat perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Anik Maryunani, 2009)
  Penatalaksanaan
Menurut Maryuani anik, 2009 penatalaksaaan abortus sesuai jenis-jenisnya  yaitu :
Abortus Iminen :
Penatalaksanaan :
1.        Tirah baring
2.        Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan)
3.        Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit dan cemas), preparat hematimik (tablet Fe)
4. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C 
penatalaksanaan abortus yang tidak dapat di pertahankan :
Penatalaksanaan :
1.        Kolaborasi dengan dokter kebidanan sehingga pasien mendapat penanganan yang cepat dan tepat Pada kehamilan lebih dari 12 minggu,  bahaya pada perporasi.
2.        Pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oxitosin, biasanya penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu yang disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.
3.  Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan pengeluaran plasenta secara manual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar